Di Indonesia, makanan bersantan seperti opor ayam, rendang, gulai, dan sayur lodeh sangat akrab di meja makan. Cita rasa gurih dan tekstur kental dari santan menjadikan makanan ini favorit banyak orang, apalagi saat perayaan besar seperti Lebaran. Namun, karena jumlahnya yang sering berlebih, makanan bersantan sering kali disimpan dan dipanaskan ulang untuk keesokan harinya. Lalu, muncul pertanyaan: Apakah aman dan sehat menghangatkan makanan bersantan?
Untuk menjawabnya, kita akan melihat dari sisi medis dan gizi, berdasarkan pandangan para dokter dan ahli kesehatan.
Kandungan Santan dan Risiko Kesehatannya
Santan merupakan cairan berwarna putih yang diperoleh dari perasan daging kelapa parut. Dalam 100 ml santan, terkandung sekitar:
-
20-25 gram lemak, yang sebagian besar berupa lemak jenuh
-
Vitamin E dan sedikit vitamin C
-
Mineral seperti kalium, magnesium, dan zat besi
Lemak jenuh inilah yang menjadi perhatian utama karena konsumsi berlebih bisa meningkatkan kadar kolesterol LDL (jahat), yang berisiko pada penyakit jantung dan stroke.
Namun, dalam takaran sedang dan tidak dipanaskan berulang, santan masih bisa menjadi bagian dari pola makan seimbang.
Apa yang Terjadi Saat Makanan Bersantan Dihangatkan?
1. Perubahan Struktur Lemak
Menurut dokter spesialis penyakit dalam, dr. Ray Rattu, SpPD, memanaskan makanan bersantan berulang kali menyebabkan lemak di dalam santan menjadi jenuh dan teroksidasi. Proses oksidasi ini menghasilkan senyawa berbahaya seperti:
-
Asam lemak bebas
-
Aldehida dan keton, yang bersifat toksik
-
Radikal bebas penyebab inflamasi dalam tubuh
Senyawa-senyawa ini tidak hanya menurunkan nilai gizi makanan, tapi juga bisa memicu gangguan metabolisme dalam jangka panjang.
2. Pembentukan Lemak Trans
Lemak trans sering terbentuk saat lemak dipanaskan berkali-kali pada suhu tinggi. Meski tidak sebesar pada minyak goreng, proses serupa juga bisa terjadi pada santan yang kaya lemak. Lemak trans berkaitan erat dengan peningkatan risiko:
-
Penyakit jantung koroner
-
Diabetes tipe 2
-
Peradangan kronis
3. Pertumbuhan Bakteri
Jika makanan bersantan disimpan terlalu lama pada suhu ruang (>4°C), risiko pertumbuhan bakteri seperti Clostridium perfringens atau Bacillus cereus meningkat. Pemanasan mungkin membunuh sebagian bakteri, tapi tidak selalu menghancurkan spora toksiknya, apalagi bila dipanaskan tidak merata.
Batas Aman Menyimpan dan Memanaskan Makanan Bersantan
Berdasarkan saran dokter dan ahli gizi:
-
Makanan bersantan sebaiknya tidak disimpan lebih dari 24 jam, bahkan di dalam kulkas.
-
Jika ingin disimpan, gunakan wadah kedap udara dan letakkan di suhu <4°C.
-
Panaskan hanya sekali sebelum dikonsumsi kembali. Pemanasan kedua dan seterusnya sebaiknya dihindari.
-
Panaskan makanan hingga benar-benar mendidih agar bakteri mati secara menyeluruh.
Pendapat Ahli Gizi
Ahli gizi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), menyebutkan bahwa makanan bersantan tetap bisa dikonsumsi dengan aman asalkan:
-
Tidak dikonsumsi berlebihan (idealnya tidak lebih dari 2-3 kali seminggu)
-
Diimbangi dengan konsumsi sayuran tinggi serat dan buah
-
Lemak jenuh dari santan tidak menjadi sumber lemak utama harian
Ahli gizi juga menekankan pentingnya memasak sesuai porsi untuk menghindari sisa makanan yang harus dihangatkan ulang.
Studi Ilmiah Terkait
Beberapa studi menunjang pernyataan di atas:
-
Studi tahun 2020 di Journal of Food Science and Nutrition menunjukkan bahwa pemanasan lemak jenuh berulang kali meningkatkan kadar senyawa karsinogenik.
-
Penelitian oleh WHO dan FAO menyarankan membatasi konsumsi lemak jenuh hingga <10% dari total kalori harian untuk mencegah penyakit kardiovaskular.
Tips Aman Mengonsumsi Makanan Bersantan
Berikut panduan singkat agar tetap sehat saat menikmati makanan bersantan:
Tips | Penjelasan |
---|---|
Masak sesuai porsi | Hindari sisa makanan agar tak perlu dihangatkan ulang. |
Simpan segera | Setelah dingin, simpan makanan di kulkas maksimal 24 jam. |
Hangatkan sekali saja | Jangan panaskan ulang lebih dari satu kali. |
Panaskan dengan benar | Pastikan makanan mencapai suhu mendidih. |
Konsumsi sayur & buah | Untuk menyeimbangkan asupan lemak jenuh. |
Ganti santan dengan alternatif sehat | Seperti santan instan rendah lemak, susu nabati, atau yogurt. |
Alternatif Lebih Sehat
Untuk Anda yang tetap ingin menikmati masakan bersantan tanpa risiko kesehatan, pertimbangkan beberapa alternatif berikut:
-
Gunakan santan encer atau campuran dengan air kaldu.
-
Gunakan minyak kelapa murni (VCO) dalam jumlah kecil sebagai pengganti santan kental.
-
Tambahkan rempah-rempah seperti kunyit, jahe, dan lengkuas yang punya sifat antioksidan.
-
Coba resep non-santan dengan rasa gurih dari kacang-kacangan, tahu, atau jamur.
Kesimpulan
Menghangatkan makanan bersantan tidak sepenuhnya dilarang, tapi harus dilakukan dengan hati-hati. Risiko kesehatan muncul terutama bila:
-
Makanan dipanaskan berulang kali
-
Disimpan lebih dari 24 jam
-
Tidak dipanaskan dengan benar
Pemanasan ulang dapat menyebabkan pembentukan lemak trans, senyawa oksidatif, dan pertumbuhan bakteri—yang kesemuanya berpotensi menurunkan kualitas makanan dan berdampak negatif pada kesehatan jangka panjang.
Namun, dengan praktik penyimpanan dan pemanasan yang baik, makanan bersantan masih bisa menjadi bagian dari pola makan sehat. Kuncinya adalah moderasi, porsi yang tepat, dan teknik masak yang benar.
Satu Komentar