Bunyi notifikasi di ponsel yang awalnya membantu kita tetap terhubung dan produktif, kini justru bisa menjadi sumber stres baru. Bagi banyak orang, suara “ting!” dari grup WhatsApp, notifikasi email kerja, atau bahkan DM Instagram bisa memicu rasa cemas, tegang, dan gelisah. Fenomena ini dikenal sebagai Digital Anxiety.
Digital anxiety atau kecemasan digital adalah bentuk stres atau kecemasan yang timbul akibat penggunaan perangkat digital secara berlebihan — terutama dari ponsel dan media sosial. Mungkin terdengar sepele, tapi jika dibiarkan, kondisi ini bisa berdampak serius pada kesehatan mental dan kualitas hidup.
Apa Itu Digital Anxiety?
Digital anxiety adalah istilah untuk menggambarkan perasaan cemas, stres, atau gelisah yang muncul akibat interaksi berlebihan dengan teknologi digital. Hal ini bisa berupa:
- Kecemasan berlebihan terhadap notifikasi yang masuk
- Rasa takut ketinggalan informasi (FOMO – Fear of Missing Out)
- Perasaan bersalah jika tidak segera membalas pesan
- Kecanduan scrolling media sosial tapi merasa kosong setelahnya
Meskipun belum tercantum secara resmi dalam DSM-5 (manual diagnosis gangguan mental), para ahli sepakat bahwa digital anxiety adalah gejala nyata dari gaya hidup modern yang terlalu terhubung.
Tanda-Tanda Anda Mengalami Digital Anxiety
Apakah Anda termasuk yang panik saat HP bergetar, atau merasa gelisah jika belum membuka notifikasi? Perhatikan beberapa tanda berikut:
1. Cemas Saat Mendengar Notifikasi
Alih-alih merasa tertarik, Anda justru merasa tegang setiap kali HP berbunyi — seolah akan ada berita buruk atau tugas baru yang menambah beban pikiran.
2. Memeriksa HP Terus-Menerus
Meskipun tidak ada notifikasi, Anda tetap membuka HP secara kompulsif — hanya untuk “memastikan” tidak ada yang terlewat.
3. Sulit Fokus Saat HP Dekat
Anda merasa sulit berkonsentrasi saat HP ada di dekat Anda, karena takut ada pesan penting atau update yang terlewat.
4. Overthinking Jika Pesan Tidak Segera Dibalas
Jika pesan Anda tidak langsung dibalas, Anda langsung berpikir negatif: “Apa aku salah ngomong?”, “Dia marah ya?”, dan sebagainya.
5. Muncul FOMO (Fear of Missing Out)
Takut ketinggalan berita di media sosial, trending topic, atau aktivitas orang lain bisa membuat Anda terus-menerus online, meski merasa lelah.
6. Merasa Bersalah Saat Tidak Online
Saat memutuskan untuk tidak membuka HP, Anda justru merasa bersalah, khawatir dianggap tidak responsif atau mengabaikan orang lain.
Penyebab Digital Anxiety
Digital anxiety muncul dari kombinasi beberapa faktor, antara lain:
- Overload informasi: Terlalu banyak pesan, email, atau berita membuat otak sulit memilah mana yang penting.
- Tekanan sosial digital: Harapan untuk selalu ‘available’ dan responsif di dunia maya.
- Kecanduan notifikasi: Setiap notifikasi memberi “reward” kecil di otak, sehingga kita terus mencarinya — meskipun lelah.
- Perbandingan sosial: Media sosial menampilkan sisi terbaik orang lain, membuat kita merasa kurang atau tertinggal.
Dampak Digital Anxiety bagi Kesehatan Mental
Jika tidak dikendalikan, digital anxiety bisa memicu berbagai masalah:
- Insomnia: Susah tidur karena terus memikirkan isi pesan atau tidak bisa lepas dari layar
- Stres kronis: Ketegangan berkelanjutan yang memengaruhi keseimbangan hormon
- Gangguan cemas sosial: Merasa takut atau ragu untuk berinteraksi secara langsung karena terlalu terbiasa online
- Burnout digital: Merasa lelah, apatis, dan kehilangan motivasi karena terlalu sering terpapar dunia digital
Cara Mengatasi Digital Anxiety
Kabar baiknya, digital anxiety bisa dikendalikan bahkan dicegah dengan beberapa langkah sederhana:
1. Matikan Notifikasi yang Tidak Penting
Nonaktifkan notifikasi dari aplikasi yang tidak urgen, seperti media sosial, e-commerce, atau game. Simpan hanya yang benar-benar dibutuhkan (misalnya dari tim kerja atau keluarga dekat).
2. Tentukan Jam Bebas Gadget (Digital Detox)
Sisihkan waktu khusus setiap hari untuk jauh dari layar, seperti 1 jam sebelum tidur, saat makan, atau pagi hari. Gunakan waktu ini untuk membaca buku, olahraga, atau ngobrol langsung.
3. Gunakan Mode Fokus / Do Not Disturb
Manfaatkan fitur ‘Do Not Disturb’ atau ‘Focus Mode’ untuk menghindari gangguan saat sedang bekerja, belajar, atau beristirahat.
4. Latihan Mindfulness dan Relaksasi
Teknik seperti pernapasan dalam, meditasi, atau journaling membantu meredakan overthinking dan menenangkan pikiran dari kebisingan digital.
5. Batasi Waktu Layar
Gunakan aplikasi pemantau screen time, dan buat batasan penggunaan media sosial harian (misal: 1 jam/hari). Ini membantu Anda lebih sadar akan waktu yang dihabiskan di dunia maya.
6. Prioritaskan Interaksi Dunia Nyata
Keseimbangan digital bukan soal menolak teknologi, tapi mengutamakan koneksi manusia secara langsung. Jadwalkan waktu untuk bertemu teman, keluarga, atau melakukan aktivitas luar ruangan.
Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?
Jika Anda merasa digital anxiety mulai mengganggu kualitas tidur, produktivitas, hubungan sosial, atau menyebabkan gejala fisik seperti jantung berdebar, sulit bernapas, dan panik, sebaiknya konsultasikan ke psikolog atau psikiater.
Terapi kognitif-perilaku (CBT) terbukti efektif untuk membantu mengelola kecemasan, termasuk yang disebabkan oleh dunia digital.
Kesimpulan
Teknologi seharusnya mempermudah hidup, bukan justru menjadi sumber kecemasan. Jika notifikasi di HP mulai membuat Anda gelisah, cemas, atau merasa bersalah terus-menerus, bisa jadi Anda sedang mengalami digital anxiety.
Mulailah dengan langkah kecil: kurangi notifikasi, atur waktu layar, dan kembali nikmati hidup nyata. Dunia digital memang penting, tapi kesehatan mental Anda jauh lebih penting.
BACA JUGA: Olahraga Ekstrem Semakin Tren — Tapi, Aman Nggak Sih?
Satu Komentar