
Perayaan Idul Adha identik dengan melimpahnya hidangan berbahan dasar daging kurban. Mulai dari sate kambing, gulai sapi, hingga tongseng—semuanya menggugah selera. Namun, konsumsi daging berlemak tinggi secara berlebihan, terutama daging merah dan jeroan, dapat meningkatkan kadar kolesterol, tekanan darah, serta memicu masalah pencernaan.
Di tengah kekhawatiran itu, sebagian masyarakat mengandalkan cara alami: minum rebusan jahe dan sereh (serai) setelah menyantap daging kurban. Konon, minuman herbal ini dapat membantu menetralkan lemak dalam tubuh. Tapi apakah benar rebusan jahe dan sereh efektif “membersihkan” kolesterol dan lemak jahat dari tubuh? Mari kita bahas dari sudut pandang ilmiah dan medis.
Jahe dan Sereh: Ramuan Tradisional Penuh Manfaat
Jahe (Zingiber officinale)
Jahe telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional karena memiliki sifat antioksidan, anti-inflamasi, dan membantu meredakan gangguan pencernaan. Senyawa aktif seperti gingerol, shogaol, dan zingeron diketahui mendukung metabolisme dan berpotensi menurunkan kadar kolesterol.
Penelitian dalam jurnal Food & Function menyatakan bahwa jahe dapat menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida serta meningkatkan kolesterol baik (HDL). Ini disebabkan oleh kemampuannya dalam menghambat sintesis kolesterol di hati dan meningkatkan ekskresi asam empedu melalui tinja.
Selain itu, jahe juga dikenal mempercepat proses pencernaan dan meningkatkan metabolisme lemak.
Sereh (Cymbopogon citratus)
Sereh juga dikenal luas sebagai bahan herbal yang menenangkan tubuh dan memperlancar sirkulasi darah. Mengandung antioksidan, flavonoid, serta senyawa seperti citral dan limonene, sereh berperan sebagai anti-inflamasi dan diuretik alami.
Beberapa penelitian pada hewan menunjukkan bahwa sereh mampu menurunkan kolesterol total serta LDL (kolesterol jahat) melalui mekanisme penghambatan penyerapan lemak. Selain itu, karena sifat diuretiknya, sereh juga membantu tubuh mengeluarkan kelebihan cairan dan garam, yang dapat meringankan beban pada sistem kardiovaskular.
Apa Jahe dan Sereh Benar-Benar “Menetralisir” Lemak?
Konsep “menetralisir lemak” dalam tubuh sebenarnya tidak sesederhana itu. Lemak yang sudah dikonsumsi akan dicerna, diserap, dan masuk ke dalam aliran darah dalam bentuk kolesterol dan trigliserida. Maka dari itu, menurunkan kadar lemak dalam darah tidak bisa dilakukan secara instan hanya dengan satu gelas minuman herbal.
Namun, jika dilihat dari kandungan jahe dan sereh yang terbukti menurunkan kadar kolesterol, meningkatkan metabolisme, dan membantu pencernaan, konsumsi rebusan keduanya tetap bisa memberikan efek pendukung dalam menjaga keseimbangan lipid tubuh.
Dengan catatan: efek tersebut muncul jika dikonsumsi secara rutin, dalam jumlah wajar, dan dibarengi pola makan sehat.
Fakta Ilmiah yang Mendukung
Beberapa studi mendukung manfaat rebusan jahe dan sereh untuk kesehatan, terutama dalam konteks kolesterol:
-
Studi pada hewan menunjukkan ekstrak jahe merah yang dikonsumsi selama 3 minggu mampu menurunkan kadar kolesterol total dan LDL secara signifikan.
-
Ekstrak sereh juga terbukti menurunkan kolesterol dan meningkatkan antioksidan alami dalam tubuh.
-
Kombinasi keduanya dipercaya mempercepat proses detoksifikasi tubuh lewat keringat dan urine, membantu mengurangi peradangan akibat konsumsi makanan tinggi lemak.
Namun perlu digarisbawahi, kebanyakan studi menggunakan ekstrak dalam dosis tertentu, bukan sekadar rebusan rumahan. Artinya, efeknya mungkin tidak sebesar yang dibayangkan jika hanya sekali minum.
Efek Samping yang Perlu Diwaspadai
Meski termasuk bahan alami, konsumsi rebusan jahe dan sereh juga memiliki potensi efek samping, terutama jika dikonsumsi berlebihan atau oleh individu dengan kondisi kesehatan tertentu:
-
Iritasi lambung – Jahe bersifat pedas dan bisa menimbulkan perih jika diminum dalam keadaan perut kosong atau dalam dosis tinggi.
-
Efek diuretik – Sereh meningkatkan pengeluaran urine, yang bisa menyebabkan dehidrasi ringan jika tidak dibarengi konsumsi air cukup.
-
Gangguan tekanan darah – Efek sereh yang menurunkan tekanan darah bisa memicu pusing bagi penderita hipotensi.
-
Interaksi obat – Jahe dapat berinteraksi dengan obat pengencer darah seperti warfarin, meningkatkan risiko perdarahan.
-
Ibu hamil dan menyusui – Perlu konsultasi medis sebelum konsumsi rutin, karena efek pada kehamilan belum sepenuhnya diketahui.
Apa Kata Dokter?
Menurut dr. Muhammad Fajri Adda’i, seorang dokter sekaligus edukator kesehatan di media sosial, rebusan jahe dan sereh bisa membantu mengimbangi efek konsumsi makanan berlemak, tapi bukan cara utama untuk mengontrol kolesterol.
“Kunci tetap ada pada pengolahan daging yang sehat, konsumsi sayur dan buah yang cukup, serta aktivitas fisik. Rebusan jahe dan sereh boleh diminum, tapi jangan dijadikan satu-satunya cara ‘menangkal’ efek makan daging berlebihan,” jelasnya.
Dokter juga menekankan pentingnya porsi dan frekuensi konsumsi daging kurban agar tidak berlebihan, serta menganjurkan konsumsi air putih dan serat dalam jumlah cukup selama perayaan Idul Adha.
Tips Konsumsi Rebusan Jahe dan Sereh Setelah Kurban
Agar mendapatkan manfaat optimal tanpa risiko, berikut beberapa tips aman mengonsumsi rebusan jahe dan sereh:
-
Minum setelah makan: Hindari mengonsumsi minuman herbal ini dalam kondisi perut kosong.
-
Gunakan bahan segar: Jahe dan sereh segar mengandung senyawa aktif lebih tinggi dibanding versi instan.
-
Rebus tanpa gula atau tambahan perasa: Untuk menjaga efektivitasnya.
-
Konsumsi maksimal 1–2 kali sehari selama 2–3 hari pasca Idul Adha.
-
Kombinasikan dengan konsumsi air putih, buah, dan sayur agar sistem pencernaan tetap optimal.
Kesimpulan
Minum rebusan jahe dan sereh memang memiliki manfaat kesehatan, termasuk membantu metabolisme lemak, menurunkan kolesterol, dan meningkatkan proses pencernaan. Namun, manfaat ini tidak serta-merta “menetralisir” lemak dari daging kurban secara langsung.
Rebusan jahe dan sereh dapat menjadi bagian dari pola hidup sehat, terutama jika dikombinasikan dengan:
-
Pola makan rendah lemak jenuh
-
Olahraga teratur
-
Konsumsi air dan serat cukup
-
Pengolahan daging secara sehat (rebus, kukus, panggang tanpa santan atau minyak berlebih)
Dengan pendekatan yang seimbang, Anda tetap bisa menikmati daging kurban tanpa rasa khawatir berlebih, selama tahu cara mengimbanginya.
BACA JUGA: Mengenal Alergi Telur: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya